Pages

18 Mar 2013

Hitam Memancar, Putih Memudar


Senang dipuja. Sedih dicaci. Lalu hitam mematikan putih. Kehidupanmu pun berubah. 

Kau terjebak dalam lubang kegelapan. Terjebak didalamnya. Bahkan terpenjara, karena kau tak bisa beranjak sedikitpun dari sana. Kau sempat melihat seberkas cahaya. Adanya disana, dikejauhan dengan jarak yang tak bisa kau perkirakan. Kau berusaha. Berlari, berjalan hingga merangkak menuju arah sana. Arah sebuah cahaya. 

Kau terlambat, belum sampai kau kepada cahaya nyanyian setan telah dikumandangkan. Memecah kesunyian kegelapan. Nada-nadanya begitu janggal. Bunyinya keras. Suaranya bising. Bising yang merdu. Yang terdengar indah ditelingamu. Hanya ditelingamu, pada saat itu. Celakanya, kau terpedaya. Kau mulai menikmati nyanyian setan itu. Kau pun mulai bergerak. Kepalamu, tanganmu, dan kakimu. Terlihat seperti menari. Ya, kau menari mengikuti irama. Irama dari sebuah nyanyian setan. Mengerikan !! nyanyian itu, merangsak menuju kepalamu. Masuk melalui telingamu. Menuju akalmu, pikirmu, dirusaknya kewarasanmu.

Kau gila, kau tertawa. Terbahak-bahak, terkekeh-kekeh. Kadang pelan, kadang keras. kau kesurupan !!. nyanyian setan membuatmu melayang. Dituntunnya kau oleh setan, terbang menuju kebebasan. Kebebasan yang paripurna. Yang semakin menenggelamkan kau kedalam lubang kegelapan. Penjara kegelapan yang lainnya. Yang lebih gelap, lebih pekat, hitamnya lebih kuat. Cahaya pun semakin tak terlihat.

Di penjara kegelapan yang lebih pekat, kau tercekat. Ini seperti tempat yang sangat kau kenal. Bau tanahnya, bau udaranya. Tempatnya begitu sangat dekat. Ini dunia, pikirmu. Ini memang seperti dunia, atau mungkin memang dunia. Kau melihat-lihat. Kau terpikat. Disekelilingmu ada berbagai macam kesenangan yang memikat. Kesenangan semu. Semu juga sesaat. nafsumu pun tergerak. Bergejolak begitu hebat. Pertanda saatnya memenuhi hasrat.

Dimana matamu melihat, disanalah kesenangan selalu terhampar. Menjelma berlian yang berkilau. Sangat menggoda. Disebelah kirimu ada harta. Didepanmu ada tahta. Disebelah kananmu ada wanita. Dibelakangmu kau tak tau ada apa. Tidak begitu jelas terlihat dimatamu.
Matamu menajam. Tampak buas. Kau sedang menimbang. Memilih mana dulu yang ingin kau jamah. Harta, tahta, atau wanita??. Tak lama, terlihat semburat senyum dibibirmu. Pertanda kau telah memutuskan. Nafsumu telah memilih, untuk bergerak ke arah kanan. Menuju sang wanita.

Wanita itu adalah yang memakai gaun berwarna merah. Rambut panjangnya yang indah terurai kebawah. Hingga punggungnya. Bibir merahnya tersenyum merekah. Memperlihatkan senyum yang manis. Senyum yang hanya akan tercipta oleh wanita yang manis. Wanita itu cantik sempurna. Dengan tubuh yang juga sempurna. Atau dimanipulasi untuk sempurna dimatamu, hanya dimatamu.

Wanita itu adalah manusia yang sama sepertimu. Wanita yang juga terjebang dalam penjara kegelapan. Atau malah menyengajakan diri untuk terjebak didalam penjara kegelapan. Kegelapan yang penuh kesenangan, yang melahirkan kepuasan.

Nyanyian setan masih dikumandangkan. Kau merasakan gairah yang luar biasa. Yang baru pertama kali kau rasa. Wanita itu sudah pasrah. Dan kau tinggal menjamah. Tapi kau malah berhenti. Kau mendengar ada yang memanggil. Memanggil namamu.

Hasan ! hasan !

Suara itu terdengar samar. Tapi begitu jelas ditelingamu. nafsumu merasa terganggu. Kau melihat sekelilingmu. Mencari yang memanggilmu. Adanya disana. Disebelah kananmu. Dua bayangan manusia. Tak begitu jelas terlihat olehmu. Dua manusia itu melambaikkan tangannya padamu. Gerak tangannya memintamu untuk kesana. Tapi kau tak mau. Karena kau harus segera melampiaskan nafsu. Dan tak ingin berbuat tidak sopan terhadap nafsu.

Semakin kau tak mau, suara itu semakin kencang ditelingamu. Semakin mengganggu. Gejolak nafsumu sedikit mengendur. Kau menjadi tak menentu. Antara ingin melampiaskan nafsu atau menghampiri dua bayangan manusia itu. Namamu terus disebut. Kau merasa terpanggil. Ingin menuju sana, tapi nyanyian setan malah terdengar keras lagi. Membangkitkan lagi nafsumu. Nyanyian setan terdengar ditelinga kirimu. Suara yang memanggil namamu terdengar ditelinga kananmu. Dua suara pun saling beradu. Kegelapan hening semakin bising.

Bising menciptakan pening dikepalamu. Segera kau arahkan tanganmu menuju telingamu. Menutupnya rapat-rapat. Agar telingamu tak dimasuki suara yang merambat. Tapi kau merasa ada yang salah. Bukan ditelingamu, tapi didalam tubuhmu. Seperti ada sesuatu yang bergerak-gerak ditubuhmu. Sesuatu itu menyeruak ke atas menuju lehermu. Minta untuk dikeluarkan dari tubuhmu. Kau mulai tak tahan dengan keadaan. Kau memuntahkan dengan teriakan. Teriakan yang sangat kencang. Mengalahkan suara nyanyian setan. kencangnya memecah ruang dan waktu. Aneh telah terjadi. Kau menghilang dalam kegelapan. Tapi mengeluarkan sesuatu. Sesuatu yang penuh keganjilan. .

Kau tak lagi berada di kegelapan. Kali ini kau berada ditempat yang semuanya tampak terlihat abu-abu. Sesuatu yang kau keluarkan membuatmu tercengang. Sesosok makhluk berjubah putih berdiri didepanmu. putihnya begitu menyilaukan. Kau tak bisa melihat jelas wajahnya.
“Siapa kau ?”. kau bertanya.

“Aku Iman. .”

“Aku adalah sesuatu yang berada ditempat paling dalam didalam dirimu. Aku adalah sesuatu yang dibentuk olehmu. Aku adalah sesuatu yang bergantung pada dirimu. Aku bisa hidup ataupun mati itu semua tergantung dirimu. Aku adalah sesuatu yang bisa menjadi penerang didalam kegelapan.” 

“Jadi kau yang menyelamatkanku dari kegelapan?”. Kau bertanya lagi. .

“ya, aku menyelamatkanmu dan membawamu ke tempat ini. Apa yang Kau lakukan telah membuatku lemah dan hampir mati. Karena itu aku menyeruak ingin keluar dari dirimu. Dan tampaknya aku harus menuntunmu. Ditempat yang abu-abu ini, kau akan kesulitan menentukkan mana yang hitam dan mana yang putih. Semua yang ada disini penuh manipulasi. Hitam bisa putih. Putih bisa hitam. Karena itu, Ikutilah aku”. Kata Iman seraya beranjak dari tempatnya berdiri.

Kau merasa ucapan makhluk berjubah putih itu tidak masuk akal. Sama dengan apa yang baru saja kau alami. Tidak masuk akal. Penuh keganjilan. Tapi entah mengapa kau percaya padanya.

“akan pergi kemana kita?” kau bertanya penuh keheranan.

“kau lihat saja nanti. Kau akan kubawa ke suatu tempat dimana nantinya kau akan membuat aku lebih kuat dan tetap hidup. Agar didunia yang penuh keabu-abuan ini kau bisa memisahkan dengan benar, mana yang hitam, mana yang putih. Dengan begitu kau tak akan terjatuh ke dalam kegelapan lagi”.

Tanpa keraguan kau mengikuti langkah makhluk berjubah putih bernama Iman. Kau mengekor, dan berlindung dibelakangnya.
Hitam Memancar. Putih memudar, tapi akan selalu berpendar.