Senang
dipuja. Sedih dicaci. Lalu hitam mematikan putih. Kehidupanmu pun berubah.
Kau terjebak dalam lubang
kegelapan. Terjebak didalamnya. Bahkan terpenjara, karena kau tak bisa beranjak
sedikitpun dari sana. Kau sempat melihat seberkas cahaya. Adanya disana,
dikejauhan dengan jarak yang tak bisa kau perkirakan. Kau berusaha. Berlari,
berjalan hingga merangkak menuju arah sana. Arah sebuah cahaya.
Kau terlambat, belum sampai
kau kepada cahaya nyanyian setan telah dikumandangkan. Memecah kesunyian
kegelapan. Nada-nadanya begitu janggal. Bunyinya keras. Suaranya bising. Bising
yang merdu. Yang terdengar indah ditelingamu. Hanya ditelingamu, pada saat itu.
Celakanya, kau terpedaya. Kau mulai menikmati nyanyian setan itu. Kau pun mulai
bergerak. Kepalamu, tanganmu, dan kakimu. Terlihat seperti menari. Ya, kau
menari mengikuti irama. Irama dari sebuah nyanyian setan. Mengerikan !!
nyanyian itu, merangsak menuju kepalamu. Masuk melalui telingamu. Menuju akalmu,
pikirmu, dirusaknya kewarasanmu.
Kau gila, kau tertawa. Terbahak-bahak,
terkekeh-kekeh. Kadang pelan, kadang keras. kau kesurupan !!. nyanyian setan
membuatmu melayang. Dituntunnya kau oleh setan, terbang menuju kebebasan. Kebebasan
yang paripurna. Yang semakin menenggelamkan kau kedalam lubang kegelapan. Penjara
kegelapan yang lainnya. Yang lebih gelap, lebih pekat, hitamnya lebih kuat. Cahaya
pun semakin tak terlihat.
Di penjara kegelapan yang
lebih pekat, kau tercekat. Ini seperti tempat yang sangat kau kenal. Bau tanahnya,
bau udaranya. Tempatnya begitu sangat dekat. Ini dunia, pikirmu. Ini memang
seperti dunia, atau mungkin memang dunia. Kau melihat-lihat. Kau terpikat. Disekelilingmu
ada berbagai macam kesenangan yang memikat. Kesenangan semu. Semu juga sesaat. nafsumu
pun tergerak. Bergejolak begitu hebat. Pertanda saatnya memenuhi hasrat.
Dimana matamu melihat,
disanalah kesenangan selalu terhampar. Menjelma berlian yang berkilau. Sangat menggoda.
Disebelah kirimu ada harta. Didepanmu ada tahta. Disebelah kananmu ada wanita. Dibelakangmu
kau tak tau ada apa. Tidak begitu jelas terlihat dimatamu.
Matamu menajam. Tampak buas.
Kau sedang menimbang. Memilih mana dulu yang ingin kau jamah. Harta, tahta,
atau wanita??. Tak lama, terlihat semburat senyum dibibirmu. Pertanda kau telah
memutuskan. Nafsumu telah memilih, untuk bergerak ke arah kanan. Menuju sang
wanita.
Wanita itu adalah yang
memakai gaun berwarna merah. Rambut panjangnya yang indah terurai kebawah. Hingga
punggungnya. Bibir merahnya tersenyum merekah. Memperlihatkan senyum yang
manis. Senyum yang hanya akan tercipta oleh wanita yang manis. Wanita itu
cantik sempurna. Dengan tubuh yang juga sempurna. Atau dimanipulasi untuk
sempurna dimatamu, hanya dimatamu.
Wanita itu adalah manusia
yang sama sepertimu. Wanita yang juga terjebang dalam penjara kegelapan. Atau malah
menyengajakan diri untuk terjebak didalam penjara kegelapan. Kegelapan yang
penuh kesenangan, yang melahirkan kepuasan.
Nyanyian setan masih
dikumandangkan. Kau merasakan gairah yang luar biasa. Yang baru pertama kali
kau rasa. Wanita itu sudah pasrah. Dan kau tinggal menjamah. Tapi kau malah
berhenti. Kau mendengar ada yang memanggil. Memanggil namamu.
Hasan ! hasan !
Suara itu terdengar samar. Tapi
begitu jelas ditelingamu. nafsumu merasa terganggu. Kau melihat sekelilingmu. Mencari
yang memanggilmu. Adanya disana. Disebelah kananmu. Dua bayangan manusia. Tak begitu
jelas terlihat olehmu. Dua manusia itu melambaikkan tangannya padamu. Gerak tangannya
memintamu untuk kesana. Tapi kau tak mau. Karena kau harus segera melampiaskan
nafsu. Dan tak ingin berbuat tidak sopan terhadap nafsu.
Semakin kau tak mau, suara
itu semakin kencang ditelingamu. Semakin mengganggu. Gejolak nafsumu sedikit mengendur.
Kau menjadi tak menentu. Antara ingin melampiaskan nafsu atau menghampiri dua
bayangan manusia itu. Namamu terus disebut. Kau merasa terpanggil. Ingin menuju
sana, tapi nyanyian setan malah terdengar keras lagi. Membangkitkan lagi nafsumu.
Nyanyian setan terdengar ditelinga kirimu. Suara yang memanggil namamu
terdengar ditelinga kananmu. Dua suara pun saling beradu. Kegelapan hening
semakin bising.
Bising menciptakan pening
dikepalamu. Segera kau arahkan tanganmu menuju telingamu. Menutupnya rapat-rapat.
Agar telingamu tak dimasuki suara yang merambat. Tapi kau merasa ada yang
salah. Bukan ditelingamu, tapi didalam tubuhmu. Seperti ada sesuatu yang
bergerak-gerak ditubuhmu. Sesuatu itu menyeruak ke atas menuju lehermu. Minta untuk
dikeluarkan dari tubuhmu. Kau mulai tak tahan dengan keadaan. Kau memuntahkan
dengan teriakan. Teriakan yang sangat kencang. Mengalahkan suara nyanyian setan.
kencangnya memecah ruang dan waktu. Aneh telah terjadi. Kau menghilang dalam
kegelapan. Tapi mengeluarkan sesuatu. Sesuatu yang penuh keganjilan. .
Kau tak lagi berada di
kegelapan. Kali ini kau berada ditempat yang semuanya tampak terlihat abu-abu. Sesuatu
yang kau keluarkan membuatmu tercengang. Sesosok makhluk berjubah putih berdiri
didepanmu. putihnya begitu menyilaukan. Kau tak bisa melihat jelas wajahnya.
“Siapa kau ?”. kau bertanya.
“Aku Iman. .”
“Aku adalah sesuatu yang
berada ditempat paling dalam didalam dirimu. Aku adalah sesuatu yang dibentuk
olehmu. Aku adalah sesuatu yang bergantung pada dirimu. Aku bisa hidup ataupun
mati itu semua tergantung dirimu. Aku adalah sesuatu yang bisa menjadi penerang
didalam kegelapan.”
“Jadi kau yang
menyelamatkanku dari kegelapan?”. Kau bertanya lagi. .
“ya, aku menyelamatkanmu dan
membawamu ke tempat ini. Apa yang Kau lakukan telah membuatku lemah dan hampir
mati. Karena itu aku menyeruak ingin keluar dari dirimu. Dan tampaknya aku harus
menuntunmu. Ditempat yang abu-abu ini, kau akan kesulitan menentukkan mana yang
hitam dan mana yang putih. Semua yang ada disini penuh manipulasi. Hitam bisa
putih. Putih bisa hitam. Karena itu, Ikutilah aku”. Kata Iman seraya beranjak
dari tempatnya berdiri.
Kau merasa ucapan makhluk
berjubah putih itu tidak masuk akal. Sama dengan apa yang baru saja kau alami. Tidak
masuk akal. Penuh keganjilan. Tapi entah mengapa kau percaya padanya.
“akan pergi kemana kita?”
kau bertanya penuh keheranan.
“kau lihat saja nanti. Kau akan
kubawa ke suatu tempat dimana nantinya kau akan membuat aku lebih kuat dan
tetap hidup. Agar didunia yang penuh keabu-abuan ini kau bisa memisahkan dengan
benar, mana yang hitam, mana yang putih. Dengan begitu kau tak akan terjatuh ke
dalam kegelapan lagi”.
Tanpa keraguan kau mengikuti
langkah makhluk berjubah putih bernama Iman. Kau mengekor, dan berlindung
dibelakangnya.
Hitam
Memancar. Putih memudar, tapi akan selalu berpendar.