Pages

24 Sep 2012

#2

malam ini kamar saya terlihat berantakan sekali. keadaannya tak beda jauh dengan pikiran saya yang sama-sama sedang berantakan. tak begitu jelas apa yang membuat pikiran ini begitu sangat berantakan. semuanya hanya terasa, tanpa bisa terungkapkan. saya memandang langit-langit dikamar, menerawang apa yang akan terjadi esok. terbayang esok hari yang akan penuh kesulitan, bahkan kesulitan itu akan bertahan di esok-esok hari lainnya. rasanya ingin sekali menghentikkan waktu, agar tak ada hari esok, atau hari-hari selanjutnya. kemudian akan saya putar kembali waktu dan mengembalikannya ke ruang dan waktu dimana saya sedang merasa tenang, damai dan bahagia.


tiba-tiba diri ini merasa hanyalah sebuah remeh di dunia yang luas ini. seperti inikah rasanya menjadi seorang yang baru saja menjadi sarjana? yang hidupnya terbebani untuk harus segera mendapatkan pekerjaan. yang setiap harinya disuguhi oleh pertanyaan,"mau kerja dimana?", "mau kerja jadi apa?". pertanyaan yang timbul dari diri sendiri yang ditujukan untuk diri sendiri pula, yang sampai saat ini pertanyaan ini masih belum bisa terjawab juga. 

tampaknya saya butuh sedikit hiburan, atau bahkan butuh liburan. untuk menjernihkan pikiran yang sedang berantakkan ini. dan kebetulan teman-teman saya mengajak saya untuk berlibur ke pangandaran. benar-benar ajakan di waktu yang tepat. tapi saya tiba-tiba teringat dengan isi dompet saya yang hanya tinggal menyisakan satu lembar uang sepuluh ribuan. mana mungkin liburan hanya dengan uang sepuluh ribu. ah, selalu saja ga punya uang setiap kali ingin liburan. 

tapi keinginan untuk liburan ini tampaknya sangat kuat. saya pun mencoba minta uang kepada ayah saya untuk liburan, kebetulan saya ada simpanan uang di ayah saya. saya pun mengutarakan maksud saya untuk liburan kepada ayah saya. tapi ternyata ayah saya sedang tidak punya uang. yah, akhir-akhir ini ayah saya sedang ditimpa kesulitan ekonomi. bahkan akhir-akhir ini ayah saya terlihat selalu murung, seperti sedang banyak pikiran. mungkin sedang memikirkan bagaimana caranya keluar dari kesulitan yang sedang ia alami. ah, saya ini benar-benar anak yang berdosa pada ayahnya. ayahnya sedang ditimpa kesulitan seperti ini, saya malah meminta uang untuk liburan.

meskipun tak rela tidak bisa liburan, tapi saya harus memaklumi. biarkanlah saya yang mengalah, saya ikhlas,  asalkan semuanya baik-baik saja. lagipula setelah dipikir-pikir ini bukan saatnya untuk liburan. bukan saatnya untuk bersenang-senang. karena sekarang ini saatnya saya untuk bersusah-susah. sekarang saatnya saya untuk bekerja keras agar saya cepat mendapatkan pekerjaan. sekarang saatnya saya untuk merintih menahan sabar. yap, kali ini saya harus bersusah-susah, demi bersenang-senang di masa mendatang.

Saat pikiran begitu berantakkan
dan hidup terasa penuh beban
meminta pertolonganlah kepada Tuhan
agar semua terasa ringan

jangan kalah oleh keadaan
kuatkanlah diri untuk bertahan
percayalah kepada Tuhan
diakhir nanti akan memberikan kebahagiaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar