Pada
sebuah pertemuan internasional kota berbasis ekonomi kreatif yang dilaksanakan
di Yokohama, Jepang, akhir Juli 2007, Bandung ditunjuk sebagai kota kreatif
se-Asia Timur. Bukan hanya itu, pun pada Desember 2011 sebuah survey yang
dilakukan oleh salah satu media di Singapura, yakni Channel News Asia, Bandung
termasuk ke dalam 5 besar kota kreatif se-Asia.
Ini
tentunya bukanlah suatu prestasi yang diraih begitu saja tanpa ada alasan yang
kuat. Coba kita lihat bagaimana wajah Bandung bila ditinjau dalam 10 tahun
terakhir. Dalam kurun waktu tersebut, Bandung dengan cepat mulai dipenuhi oleh
berbagai macam industri kreatif seperti distro, factory outlet, dan tempat
kuliner yang kini semakin menjamur dan tersebar di beberapa titik di kota
Bandung.
Cikal
bakal menjelmanya Bandung menjadi kota industri kreatif dimulai pada pertengahan
dekade 90-an, ketika munculnya beberapa distro besar seperti EAT 347 dan Ouval
Reasearch. Namun siapa yang menyangka, munculnya distro tersebut ternyata
melahirkan banyak sekali distro-distro lainnya. Sampai sekarang kurang lebih
ada sekitar 300-an distro yang tersebar di Bandung.
Namun,
istilah industri kreatif baru dikenal oleh masyarakat Bandung sekitar tahun
2000-an. Karena pada tahun tersebut distro baru mulai menjamur dan produksinya
mulai banyak dikonsumsi oleh anak-anak muda Bandung. setelah itu distro
kemudian dijadikan sebagai sebuah trademark kreatif yang khas dari Bandung.
Mulai
menjamurnya distro ternyata membuat masyarakat Bandung mulai menyadari bahwa
Bandung memiliki potensi yang besar untuk dijadikan sebagai lahan wirausaha.
Maka muncullah industri-industri kreatif lainnya selain distro, salah satunya
yaitu tempat kuliner. Sejak adanya kesadaran itulah perkembangan industri
kreatif di Bandung mulai progresif dan melonjak sangat cepat. Apalagi dengan
mulai adanya dukungan dari pemerintah kota setempat dan komunitas – komunitas
anak muda di Bandung yang akhirnya melahirkan beberapa event besar, seperti
Bandung Clothing Expo ataupun KickFest yang mengkolaborasikan distro, music,
dan juga kuliner di Bandung dalam satu event. Hingga akhirnya terbentuklah
Bandung Creative City Forum ( BCCF ), yang akan mengembangkan Bandung menjadi
kota Industri Kreatif. Berkat BCCF ini, banyak hajatan-hajatan kreatiftahunan
yang sukses terselenggara. Diantaranya yaitu Helarfest, Semarak.Bdg dan yang lainnya.
Bandung
yang dulu hanyalah sekedar pusat celana jeans
yang berada di sekitaran jalan Cihampelas dan pusat sepatu yang berada di
sekitaran jalan Cibaduyut kini merambah menjadi pusat distro dan tempat kuliner
yang menyebar di bebearapa kawasan kota Bandung. Sebut saja jalan Trunojoyo dan
jalan Sultan Agung yang kini telah dipenuhi oleh distro-distro. Atau jalan R.E.
Martadinata yang dipenuhi oleh Factory
Outlet dan tempat kuliner. Bukan hanya itu saja, Bandung kini menjadi pusat
terselenggaranya pergelaran-pergelaran kreatif setiap tahunnya.
Banyaknya
distro dan tempat kuliner di kota Bandung, juga banyaknya event-event yang yang
ada di kota Bandung, serta adanya dukungan lain seperti banyaknya tempat
wisata, banyaknya perguruan tinggi, dan cuacanya yang sejuk berhasil
menciptakan daya tarik bagi orang-orang yang berada diluar Bandung untuk
berkunjung ke beberapa kawasan kota Bandung, yang dipenuhi oleh distro dan
tempat kuliner. Pun begitu dengan orang-orang bandung yang tertarik untuk
berkunjung ke kawasan tersebut. Baik untuk belanja, berwisata kuliner, ataupun
sekedar menikmati tempat wisata yang ada di Bandung.
Sayangnya
berkembangnya Bandung menjadi kota industri kreatif yang banyak menarik
perhatian para pelancong dari luar Bandung tidak diimbangi dengan dengan
pembangunan maupun pembenahan tatanan kota ataupun infrastruktur yang baik.
Baik infrastruktur fisik maupun non-fisik. Bahkan Bandung seperti tidak siap
dalam mengimbangi lonjakkan pengunjungnya. Beberapa titik di jalanan di kota
Bandung belum siap menampung tingginya volume kendaraan saat akhir pekan
datang. Akibatnya, setiap weekend
saat masyarakat Bandung dan orang-orang dari luar kota ramai-ramai ingin
berkunjung ke pusat kota Bandung, Bandung seringkali dilanda kemacetan. Tengok
saja jalanan di sekitar Dago, Pasteur. Cihampelas, Setiabudhi dan
R.E.Martadinata yang sudah menjadi langganan macet setiap kali akhir pekan
datang.
Lonjakkan
kendaraan yang berkeliaran di akhir pekan memang tidak dapat terhindarkan lagi.
Seketika itu pun Bandung berubah menjadi lautan kendaraan. Menumpukknya
kendaraan ini mengakibatkan orang-orang yang dari Bandung maupun dari luar kota
menjadi tidak bisa menikmati Bandung yang telah menjadi kota industri kreatif
ini. Bandung menjadi jauh dari kenyamanan karena tatanan kotanya semakin
semrawut. Berkembang pesatnya Bandung menjadi kota industri kreatif yang
menciptakaan daya tarik ini tampaknya malah menjadi boomerang bagi Bandung
sendiri. Karena tampaknya Bandung masih belum siap dalam hal infrastruktur.
Ini
tentunya menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah kota Bandung dan para pelaku
industri Kreatif. Bahwa dalam membangun Bandung menjadi kota Industri Kreatif,
tidak melulu harus memikirkan keuntungan yang akan didapatkan. Tetapi pikirkan
juga mengenai bagaimana menciptakan kota industri kreatif yang dibarengi dengan
kenyamanan kota, agar kota Bandung bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat
Bandung, maupun orang-orang dari luar kota yang berkunjung ke Bandung.
Referensi
: