Hari pertama di bulan
februari
Dipukul enam belas lewat
tiga puluh tiga menit
Sore hari menyapaku dengan menurunkan
air dari langit dengan jumlah yang tak terhingga. Turun dengan perlahan menuju
tanah bumi. Aku melangkah menuju jendela dikamarku, menyaksikan percikan-percikan
yang tercipta ketika air hujan tersebut berbenturan dengan tanah. Ada suara
gemircik yang khas yang tercipta dari benturan tersebut. Dan aku sangat suka
melihat percikannya dan mendengarkan suara gemerciknya.
Dipemandangan yang indah ini
aku melamun, menuju kenangan sosok seorang perempuan. Yang pernah berkata
tentang mitos hujan. Katanya jika air hujan masuk ke lubang hidungmu tanpa
disengaja, maka satu impianmu akan terkabul. Aku pun tersenyum mengingat
kata-katanya itu. Kata-kata yang sampai saat ini selalu menjadi alasan kenapa aku selalu suka
hujan-hujanan.
Lamunanku buyar seketika
saat tiba-tiba terlihat dari jendela kamarku seseorang lelaki berbadan tegap
berjalan bermandikkan air hujan. tangannya terlihat sedang menganggkat suatu
benda, yang aku lihat waktu itu adalah sebuah cermin yang lumayan besar. Sosok laki-laki
itu pun berlalu, yang hanya menyisakkan punggungnya di pandanganku.
Melihat cermin yang dibawa
laki-laki itu, aku pun menjadi teringat dengan cermin yang ada dikamarku. Aku pun
bergegas menuju cermin yang tergantung di dinding kamarku yang bercat kuning yang
kini mulai merapuh. Kusaksikan bentuk diriku di dalam cermin tersebut. Bentuk yang
kadang sangat begitu aku kagumi, namun tak jarang juga aku keluhkan.
Lagi-lagi aku teringat
kata-kata perempuan itu, yang entah kenapa begitu istimewa bagiku. Dia bilang
kalo cermin tak pernah bohong, cermin akan selalu jujur. Kini dihadapan cermin
itu sendiri aku akan mengucapkan sesuatu, untuk sang cermin dan juga untuk
dirimu. “Cermin itu selalu bohong, cermin tak pernah jujur. Ketika aku
mengangkat tangan kananku, maka aku didalam cermin akan mengangkat tangan
kirinya. Begitupun sebaliknya, ketika aku mengangkat tangan kiriku, maka aku
didalam cermin akan mengangkat tangan kanannya. Bukankah itu menandakkan jika
cermin itu selalu bohong?? Yang selalu membolak-balikan sesuatu.”
Cermin itu memang pembohong,
dia tidak pernah berkata jujur. Baginya kiri adalah kanan, dan kanan adalah
kiri. Hampir sama seperti dirimu, yang tak pernah jujur. Bagimu benar adalah
salah, dan salah adalah benar. kamu selalu membolak-balikkan sesuatu. Kamu memang
manusia di dalam cermin. Dan entah ada berapa banyak orang yang sepertimu, yang
selalu menjadi manusia didalam cermin. .
Pikiranku tentangmu pun
berhenti dipukul tujuh belas lewat lima menit. .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar