Suatu hari di bulan
februari,
Sekitar
pukul sebelas lebih sepuluh menit
Siang sedang berkuasa,
matahari yang hampir berada tepat di atas kepala orang-orang disekitar kota
Bandung mengeluarkan hawa panasnya yang sangat menyengat, sehingga sudah pasti
panasnya akan membakar kulit orang-orang yang sedang in relationship dengan matahari siang pada waktu itu.
Jutaan kilometer dibawah
sang matahari, dua orang manusia, Azhar dan Rahza tampak sedang berboncengan
naik motor, menyusuri jalanan kota Bandung yang aspalnya sudah terlihat seperti
lautan karena saking panasnya matahari yang menerpa jalanan tersebut. Wajah
mereka berdua tampak keletihan, terlihat keringat sudah mulai muncul dari
pori-pori kulit wajahnya.
“Har, istirahat dulu deh.
Tuh didepan ada tukang es goyobod. Gue ga kuat nih sama panasnya !”.
Rahza, yang memang sudah
kepayahan menahan cuaca yang panas meminta Azhar untuk istirahat dulu. Azhar
pun membelokkan motornya ke arah tukang es goyobod.
“gila, panas bener nih.
Kayanya jarak matahari sama bumi makin deket deh”.
“sotoy lu. Heran deh gue
sama lu, kemaren dikasih ujan ngeluh, sekarang dikasih panas juga ngeluh. Ga
bersyukur lu !! Gimana ntar kalo lu masuk neraka yang panasnya berpuluh-puluh
kali lipat dari ini”. Azhar yang sedang menyimpan helm di jok motornya
menimpali omongan Rahza.
“dih sorry yak, Insya Allah
gue akan berusaha untuk ga masuk neraka. Udah ah jangan debat dulu, mending
mesen goyobod dulu deh, ga kuat nih haus”.
Mereka berdua pun memesan es
goyobod, dan memilih tempat duduk di pojokkan. Tempat jualan es goyobod ini
bagi mereka adalah tempat yang pas untuk melepas lelah. tempatnya sangat teduh,
karena dikelilingi oleh beberapa pohon besar. Seringkali mereka datang ke
tempat ini jika kebetulan sedang melawati jalanan disekitaran Buah Batu. Selain
itu tempatnya juga seru, banyak cewek-cewek cantik yang nongkrong di tempat
ini.
Tak berapa lama es goyobod
pun datang, mereka segera meminumnya, melepaskan dahaga yang sudah sejak tadi
terasa sangat kering. Terasa sekali kenikmatan yang tiada tara ketika lelah dan
rasa haus yang sedang menyerang sekejap sirna saat es goyobod telah masuk mulut
dan melewati kerongkongan untuk menuju lambung.
“sungguh Allah telah
memberikan kenikmatan yang luar biasa dari hal yang sederhana seperti ini. Cuma
minum goyobod aja nikmatnya udah kaya gini”. Seru Azhar. .
“yap, gue setuju. Dan entah
kenapa gue jadi inget sama firman Allah di surat Ar-Rahman, Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang
kamu dustakan?”.
“gue suka tuh sama ayat yang
satu itu. Yang gue tangkep dari surat Ar-Rahman itu sih Cuma satu, yaitu Allah yang
Maha Pemurah telah memberikan banyak sekali kenikmatan di dunia ini, baik yang
kecil ataupun yang besar, yang kadang kenikmatan itu ga kita sadari. Jadi kita
harus menyadari bahwa ada banyak sekali nikmat Allah yang ga kita sadari, kaya
misalnya minum goyobod tadi, yang kadang kita ga sadar ada kenikmatan saat kita
minum goyobod. Nah kenikmatan-kenikmatan itu harus kita syukuri, bukan kita
dustakan”. jelas Azhar
"nah, sekarang lu yang sotoy, haha"
Gelas sudah kosong. Tak ada
lagi goyobod yang tersisa. Kini lelah sudah tak terasa lagi oleh mereka berdua.
Sebungkus rokok pun mulai dikeluarkan. Azhar mengambil dua batang rokok.
Diberikannya satu batang kepada Rahza. Obrolan pun kembali dimulai ketika
mereka berdua sudah membakar rokoknya masing-masing.
“eh har, lu perhatiin deh
cewek-cewek yang ada disini. Mayoritas engga berjilbab. Gue heran deh kenapa
mereka doyan mamerin aurat mereka?” Rahza membuka pembicaraan.
“ada banyak alesan sih
kenapa mereka suka mamerin aurat. Pertama, mungkin mereka ga tau kalo dalam
Islam, memamerkan aurat itu ga boleh. Kedua, mereka tau kalo dalam Islam ga
boleh memamerkan aurat, tapi mereka lebih suka untuk berpenampilan seperti itu,
yang memamerkan aurat”. Jawab Azhar.
“mereka suka berpenampilan
kaya gitu?? Masa sih?? Kalo kata gue sih mereka belum siap aja untuk
berjilbab”. Kilah Rahza
“kalo menurut gue sih
kata-kata belum siap memakai jilbab cuma alesan yang dibuat-buat. Mereka selalu
berkilah, pengen ngejilbabin hati dulu, baru ngejilbabin aurat. Padahal kalo
kata gue, mereka itu terlalu suka sama dirinya sendiri, mereka terlalu cinta
sama dirinya yang berpenampilan memamerkan aurat itu, karena saat mereka
berpenampilan seperti itu mereka merasa lebih cantik. Pernah denger kan ada
orang ga mau berjilbab gara-gara ga mau rambut indahnya ga bisa diliat
orang-orang? Atau orang-orang yang ga mau berjilbab gara-gara kalo berjilbab
dia takut ga keliatan cantik lagi?? Karena itulah mereka lebih memilih
berpenampilan seperti itu. Dan anehnya mereka merasa lebih nyaman berpenampilan
seperti itu, tak peduli dengan beberapa mata laki-laki yang memandangnya dengan
penuh nafsu.”
“bisa juga sih kaya gitu,
jadi intinya mereka belum siap meninggalkan rasa suka mereka terhadap
penampilan dirinya untuk berganti menjadi penampilan yang dianjurkan oleh
agama?”
“iya, semacam itulah” tukas
Ahzar sambil menghembuskan asap rokoknya
“terus gimana sama pergaulan
mereka, yang kayanya ga ada pembatas antara cewek sama cowok, bahkan gue liat
pergaulan cewek berjilbab pun sekarang udah ga ada batasnya, lu liat deh cewek
berjilbab arah jam delapan, yang lagi pegangan tangan sama cowoknya?” tanya
Rahza lagi.
“yang mana? Oh itu. .cantik cuy ceweknya, haha. .kata
gue sih, jawabannya sama aja. Karena mereka suka dengan pergaulan kaya gitu.”
“haha, kaya ga ada jawaban
lain aja lu. Kayanya mereka udah suka dengan dunia mereka yang seperti itu,
yah, semacam kecintaan terhadap dunia lah”. Timpal Rahza sambil mematikan
rokoknya.
“nah itu lu tau. Ketika
mereka udah suka sama satu hal dan mereka merasakan kenyamanan didalamnya, maka
akan susah bagi mereka lepas dari hal tersebut. Lu pernah denger ga kata-kata
ustadz Sodrun pas kemaren pengajian, terkadang apa yang kita suka itu tidak
baik untuk kita , dan terkadang kita harus meninggalkan apa yang kita suka itu
karena bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh agama”. Kata Azhar.
“perasaan kata-kata pa
ustadz Ahsan hampi mirip deh sama firman Allah di surat Al-Baqarah ayat 216
deh, “ . . . Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula)
kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui,
sedangkan kamu tidak mengetahui.”
“dan andai saja, semua cewek
menutup auratnya dengn benar, dan pergaulan cewek sama cowok ada batasnya, gue
yakin kasus perzinaan bakalan menurun”. lanjut Rahza.
“sayangnya kita ga bisa
memaksa mereka untuk menjadi seperi itu”. Kata Azhar
Sayup-sayup mulai terdengar
suara adzan dzuhur dari kejauhan, mereka berdua pun menghentikkan obrolan
mereka. .
“udah adzan nih, shalat dulu
yuk. Di deket sini, di jalan solontongan sana ada masjid. Kita shalat disana
aja”. Ajak Rahza
“Ayo deh. Eh, bayar dulu tuh
goyobodnya. Lu yang bayar yak” kata
Ahzar yang diakhiri dengan cengiran kudanya.
“nah, perasaan gue trus deh
yang nraktir”
“hahaha”
Selesai membayar mereka pun
bergegas menuju masjid. .
Like this.
BalasHapusKan banyak tuh Ɣªηĝ bilang,belum siap di jilbab karena hatinya belum bersih, memang yang aurat itu hati atau rambut?
-__-"
Friend, tp sayang ada adegan ngerokoknya.
Haduhh..
Kalau mau, coba deh bikin novel islami,then kirim ke mizan..
Yaaa Coba2 aja,,
:)
I'll be waiting 4 ur next stories.
Salut. Saya sering bikin cerpen,dan novel,tp Ъќ>:/ prnah d publikasikan sepertimu.
Hehehe
So, Sama2 belajar aja..
Fighting!!!
wah, masih belum bisa sih bikin novel, perlu banyak belajar :)
Hapuskenapa ga di publikasikan tulisannya? sayang loh tulisannya kalo ga ada yang baca, kan kali aja tulisan kamu bermanfaat buat org lain
Gila ! Dapat blognya abang dari @updateblog , ngebaca postingannya keren2 semua :$ salute deh bang (y)
BalasHapus