Pages

21 Feb 2013

DIBALIK BERKEMBANGNYA BANDUNG MENJADI KOTA INDUSTRI KREATIF


Pada sebuah pertemuan internasional kota berbasis ekonomi kreatif yang dilaksanakan di Yokohama, Jepang, akhir Juli 2007, Bandung ditunjuk sebagai kota kreatif se-Asia Timur. Bukan hanya itu, pun pada Desember 2011 sebuah survey yang dilakukan oleh salah satu media di Singapura, yakni Channel News Asia, Bandung termasuk ke dalam 5 besar kota kreatif se-Asia.

Ini tentunya bukanlah suatu prestasi yang diraih begitu saja tanpa ada alasan yang kuat. Coba kita lihat bagaimana wajah Bandung bila ditinjau dalam 10 tahun terakhir. Dalam kurun waktu tersebut, Bandung dengan cepat mulai dipenuhi oleh berbagai macam industri kreatif seperti distro, factory outlet, dan tempat kuliner yang kini semakin menjamur dan tersebar di beberapa titik di kota Bandung.

Cikal bakal menjelmanya Bandung menjadi kota industri kreatif dimulai pada pertengahan dekade 90-an, ketika munculnya beberapa distro besar seperti EAT 347 dan Ouval Reasearch. Namun siapa yang menyangka, munculnya distro tersebut ternyata melahirkan banyak sekali distro-distro lainnya. Sampai sekarang kurang lebih ada sekitar 300-an distro yang tersebar di Bandung.

Namun, istilah industri kreatif baru dikenal oleh masyarakat Bandung sekitar tahun 2000-an. Karena pada tahun tersebut distro baru mulai menjamur dan produksinya mulai banyak dikonsumsi oleh anak-anak muda Bandung. setelah itu distro kemudian dijadikan sebagai sebuah trademark kreatif yang khas dari Bandung.

Mulai menjamurnya distro ternyata membuat masyarakat Bandung mulai menyadari bahwa Bandung memiliki potensi yang besar untuk dijadikan sebagai lahan wirausaha. Maka muncullah industri-industri kreatif lainnya selain distro, salah satunya yaitu tempat kuliner. Sejak adanya kesadaran itulah perkembangan industri kreatif di Bandung mulai progresif dan melonjak sangat cepat. Apalagi dengan mulai adanya dukungan dari pemerintah kota setempat dan komunitas – komunitas anak muda di Bandung yang akhirnya melahirkan beberapa event besar, seperti Bandung Clothing Expo ataupun KickFest yang mengkolaborasikan distro, music, dan juga kuliner di Bandung dalam satu event. Hingga akhirnya terbentuklah Bandung Creative City Forum ( BCCF ), yang akan mengembangkan Bandung menjadi kota Industri Kreatif. Berkat BCCF ini, banyak hajatan-hajatan kreatiftahunan yang sukses terselenggara. Diantaranya yaitu Helarfest, Semarak.Bdg dan yang lainnya.

Bandung yang dulu hanyalah sekedar pusat celana jeans yang berada di sekitaran jalan Cihampelas dan pusat sepatu yang berada di sekitaran jalan Cibaduyut kini merambah menjadi pusat distro dan tempat kuliner yang menyebar di bebearapa kawasan kota Bandung. Sebut saja jalan Trunojoyo dan jalan Sultan Agung yang kini telah dipenuhi oleh distro-distro. Atau jalan R.E. Martadinata yang dipenuhi oleh Factory Outlet dan tempat kuliner. Bukan hanya itu saja, Bandung kini menjadi pusat terselenggaranya pergelaran-pergelaran kreatif setiap tahunnya.

Banyaknya distro dan tempat kuliner di kota Bandung, juga banyaknya event-event yang yang ada di kota Bandung, serta adanya dukungan lain seperti banyaknya tempat wisata, banyaknya perguruan tinggi, dan cuacanya yang sejuk berhasil menciptakan daya tarik bagi orang-orang yang berada diluar Bandung untuk berkunjung ke beberapa kawasan kota Bandung, yang dipenuhi oleh distro dan tempat kuliner. Pun begitu dengan orang-orang bandung yang tertarik untuk berkunjung ke kawasan tersebut. Baik untuk belanja, berwisata kuliner, ataupun sekedar menikmati tempat wisata yang ada di Bandung.

Sayangnya berkembangnya Bandung menjadi kota industri kreatif yang banyak menarik perhatian para pelancong dari luar Bandung tidak diimbangi dengan dengan pembangunan maupun pembenahan tatanan kota ataupun infrastruktur yang baik. Baik infrastruktur fisik maupun non-fisik. Bahkan Bandung seperti tidak siap dalam mengimbangi lonjakkan pengunjungnya. Beberapa titik di jalanan di kota Bandung belum siap menampung tingginya volume kendaraan saat akhir pekan datang. Akibatnya, setiap weekend saat masyarakat Bandung dan orang-orang dari luar kota ramai-ramai ingin berkunjung ke pusat kota Bandung, Bandung seringkali dilanda kemacetan. Tengok saja jalanan di sekitar Dago, Pasteur. Cihampelas, Setiabudhi dan R.E.Martadinata yang sudah menjadi langganan macet setiap kali akhir pekan datang. 

Lonjakkan kendaraan yang berkeliaran di akhir pekan memang tidak dapat terhindarkan lagi. Seketika itu pun Bandung berubah menjadi lautan kendaraan. Menumpukknya kendaraan ini mengakibatkan orang-orang yang dari Bandung maupun dari luar kota menjadi tidak bisa menikmati Bandung yang telah menjadi kota industri kreatif ini. Bandung menjadi jauh dari kenyamanan karena tatanan kotanya semakin semrawut. Berkembang pesatnya Bandung menjadi kota industri kreatif yang menciptakaan daya tarik ini tampaknya malah menjadi boomerang bagi Bandung sendiri. Karena tampaknya Bandung masih belum siap dalam hal infrastruktur.

Ini tentunya menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah kota Bandung dan para pelaku industri Kreatif. Bahwa dalam membangun Bandung menjadi kota Industri Kreatif, tidak melulu harus memikirkan keuntungan yang akan didapatkan. Tetapi pikirkan juga mengenai bagaimana menciptakan kota industri kreatif yang dibarengi dengan kenyamanan kota, agar kota Bandung bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat Bandung, maupun orang-orang dari luar kota yang berkunjung ke Bandung.

Referensi :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar