Sore hari dihari sabtu yang
langitnya dipenuhi awan kelabu, Azhar sedang berjalan-jalan menyusuri
lantai-lantai kota dan sesekali mampir memasuki tempat-tempat yang sering
ditongkrongi oleh banyak orang. Kata orang-orang, jalan-jalan di akhir pekan
untuk menjamahi tempat yang banyak dikunjungi orang itu perlu. Boleh jadi bisa
untuk menyegarkan pikiran dan menghilangkan stress yang diakibatkan karena
terlalu lelah dan jenuh dengan rutinitas yang dilakukan dari hari senin sampai
jumat.
Namun bukan kesegaran pikiran
yang didapat oleh Azhar, melainkan stress yang semakin menjadi. Bagaimana bisa
pikiran menjadi segar apabila di kota penuh sekali dengan kebisingan. lautan
kendaraan yang tumpah dijalanan, bunyi-bunyi klakson yang mulai dikumandangkan,
saling bersahutan, bunyi-bunyi tak sabar dari orang-orang tak sabaran. Melihat
banyak orang yang berkerumun dan berlalu-lalang, Azhar menjadi pusing sendiri.
Ia pun berhenti sejenak dan duduk dipinggiran jalan.
Azhar tak habis mengerti,
mengapa orang-orang gemar sekali keluar rumah dan menghabiskan umurnya di
tengah jalan. Sulit baginya untuk memahami bagaimana kehidupan yang seperti itu
bisa berlangsung dalam waktu yang panjang tanpa pernah merasa lelah dan jenuh.
Azhar mencoba mengalihkan
perhatiannya dengan melihat keadaan sekitar. Disebrang dari tempat Azhar duduk,
ia melihat sebuah toko elektronik. Didepan toko itu terdapat papan iklan
bertuliskan “Diskon 50%”. Toko itu sesak dipenuhi oleh orang-orang. Disamping
toko elektronik tersebut, terdapat sebuah Factory
Outlet. Didepan FO itu pun ada papan iklan bertuliskan “Beli 2 item, gratis
1 item”. Sama seperti toko elektonik tersebut, FO ini pun disesaki oleh banyak
orang.
Tiba-tiba ada seorang
pengemis tua berjanggut putih menghampiri Azhar dan menengadahkan tangannya ke
arah Azhar. Refleks Azhar segera mengambil uang receh dari saku celananya.
Diberikannya uang receh tersebut kepada pengemis tua tersebut. Tanpa disangka
pengemis itu pun berbicara, “kau lihat
nak, di kedua toko yang kau lihat itu, manusia sedang menghambur-hamburkan
uangnya, padahal belum tentu barang yang mereka beli disana adalah barang yang
benar-benar mereka butuhkan. Manusia itu lupa diri, menjadi konsumtif,
terhipnotis oleh papan iklan, terbawa arus kemodernan. Padahal jika mereka
sadar, disini ada saya dan beberapa orang yang lainnya yang sedang kelaparan
dan membutuhkan uluran tangan mereka”.
Azhar bengong mendengar
ucapan si pengemis tua, ia berusaha keras untuk menangkap maksud dari apa yang
diucapkannya. Saat sudah mengerti, barulah Azhar sadar bahwa pengemis tua itu
telah menghilang, tak ada lagi disampingnya.
Menyentuh. Manusia musti di "gampar" dulu baru bisa sadar keadaan sekitar :") sukses bro . Salam sesama blogger.
BalasHapus